Rabu, 06 Februari 2019

KUNJUNGAN DONATUR AMURT INDONESIA KE PAUDI PERMATA BANGSA

Kegiatan Kami Pekan Ini...


KUNJUNGAN Mr Schmidt dari Jerman selaku Donatur dr AMURT Indonesia ke PAUDI Permata Bangsa

Alhamdulillah hari ini kampus kita PAUDI PERMATA BANGSA diberi kehormatan untuk dikunjungi oleh Mr Schmidt dari Jerman bersama dengan teman-temannya. Kunjungan pada hari Ahad, tanggal 3 Pebruari 2019 ini memang bersifat mendadak karena Mr Schmidt selaku Donatur tetap KNH Jerman ingin melihat secara langsung perkembangan Model School yang diinisiasi oleh AMURT Indonesia.

PAUDI Permata Bangsa yang merupakan salah satu Model School AMURT Indonesia mendapat kehormatan untuk dikunjungi dan dilihat perkembangannya selama kunjungan singkat Mr Schmidt ke Semarang sebelum beliau meneruskan perjalanannya ke Australia.

Alhamdulillah beliau merasa senang dengan kunjungan ini dan berharap kegiatan belajar mengajar di PAUDI Permata Bangsa untuk ke depannya dapat lebih maju dan berkualitas lagi walaupun sudah di dampingi oleh AMURT Indonesia.

Terima kasih Mr Schmidt, terima kasih AMURT Indonesia, terima kasih kepada semua Bunda, dan juga orangtua siswa PAUDI Permata Bangsa yang selalu aktif mendukung semua program kegiatan di PAUDI Permata Bangsa tercinta ini..

Yang terakhir, terima kasih juga kepada Allah Azza Wa Jalla yang telah melimpahkan begitu banyak nikmat dan kemudahan kepada semua civitas akademika di PAUDI Permata Bangsa sehingga bisa seperti saat ini..

Masih banyak kekurangan kami, tetapi kami bertekad hal ini akan memacu kami untuk lebih maju lagi.

Permata Bangsa, go.. go..go...

#KunjunganDonaturKNHJerman
#AMURTIndonesia
#PAUDIPermataBangsaSelaluDiHati
#YukSekolahDiPermataBangsa








Minggu, 10 Juni 2012

Mengenal Cara Belajar Individu

Oleh : Zainun Mutadin, SPsi. MSi.
Jakarta, 26 September 2002


Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.   
Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.   
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi. 
Otak Sebagai Pusat Belajar
Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.
Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik  dan yang ketiga adalah neokorteks.
Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.
Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.
Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.
Karakteristik Cara Belajar
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar  yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut: 
1.  Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual 
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • rapi dan teratur
  • berbicara dengan cepat
  •  mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik
  • teliti dan rinci 
  • mementingkan penampilan
  • lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 
  • mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
  • memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
  • biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
  • sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)
  • merupakan pembaca yang cepat dan tekun
  • lebih suka membaca daripada dibacakan
  • dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap  waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
  • jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara
  • lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
  • sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak'
  • lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah
  • lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik
  • seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata
2.  Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial 
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
  • mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
  • lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
  •  jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras
  • dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
  • mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita
  • berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
  • berbicara dengan sangat fasih
  • lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
  • belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
  • senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
  • mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
  • lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya
  • lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik 
3.  Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik 
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
  • berbicara dengan perlahan
  • menanggapi perhatian fisik
  • menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
  • berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain 
  • banyak gerak fisik
  • memiliki perkembangan otot yang baik
  • belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
  • menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
  • menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca
  • banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
  • tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
  • sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
  • menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
  • pada umumnya tulisannya jelek
  • menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
  • ingin melakukan segala sesuatu
Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll. Selamat mencoba.  Semoga bermanfaat.
kutipan dari :  http://www.e-psikologi.com/epsi/pendidikan.asp

Bermain dengan Anak

 
  Oleh : Jacinta F. Rini
  Jakarta, 11 Januari 2012
  
Masa anak-anak adalah masa di mana mereka belajar mengenal dunia lewat bermain. Bermain menjadi sarana sekaligus jembatan antara apa yang ada dalam alam fantasi mereka dengan apa yang (bisa) mereka wujudkan. Anak tidak melihat permainan sebagai "bermain" sebagaimana orang tua atau orang dewasa menganggap bermain adalah sesuatu yang tidak riil. Anak-anak yang lebih kecil menganggap bermain adalah sebuah realita seperti halnya orang dewasa bekerja, bersekolah, membereskan rumah, dsb. Bermain adalah dunia dimana mereka berada dan memberi makna terhadap segala sesuatu yang mereka hadapi dalam permainan itu.


Dalam acara bermain, anak-anak bisa belajar mengenali apa yang bisa mereka lakukan sendiri dan mana yang perlu bantuan orang tua. Anak-anak belajar mengukur kemampuan diri dan mengukur tantangan yang ada. Bahkan menurut penelitian yang dilakukan Lewis (2000), anak-anak usia 1-6 tahun belajar mengembangkan kemampuan problem solving dari bermain; karena bermain menghadirkan berbagai konteks dan situasi yang harus mereka hadapai on the spot. Lewat bermain, anak menemukan cara-cara kreatif dan unik dalam mengatasi masalah.


Sebenarnya jika diringkas, banyak sekali manfaat bermain bagi anak, selain yang sudah disebutkan di atas. Sebuah studi yang dilakukan dalam kurun waktu bertahun-tahun menemukan anak yang ketika kecil (usia 4 tahun) gemar bermain blocks atau lego, ketika SMA memperlihatkan kemampuan matematika yang lebih tinggi.



Problem Dalam Bermain
Dewasa ini, bermain menjadi kurang bermakna dan kurang manfaatnya, dan bahkan terlalu banyak kerugiannya. Apakah yang salah dengan bermain ini ?1. Tidak jelas tujuannya Kita sering menjumpai anak-anak yang bermain just for killing time, menghabiskan waktu, entah karena kurang kegiatan atau menunggu orang tua, supir atau jemputan. Masalahnya, permainan favorit untuk killing time adalah game atau sejenisnya yang tersedia di handphone atau smartphone, ipad, dst. Ada yang baik, tapi lebih banyak yang destruktif, seperti game yang berdarah-darah, pukul-pukulan, tembak-tembakan, yang membuat pemainnya puas kalau sudah bisa membunuh sebagai solusi satu-satunya dan mendapat reward yang paling besar.


Dalam Journal of Adolescence 27 (2004) 5-22 memuat hasil penelitian dampak hostile video game terhadap remaja. Sebagai permainan yang "paling digemari" abad ini, game yang hostile ternyata membuat remaja lebih hostile, agresif dan kasar, dalam berargumentasi dengan guru/authority figure dan lebih sering terlibat perkelahian fisik serta membuat prestasi belajar memburuk. Fenomena di Indonesia dewasa ini, anak-anak kecil usia sekolah dasar bahkan TK sudah di expose oleh permainan-permainan hostile lewat game dan TV. Dengan temuan itu, dapat dibayangkan bagaimana jadinya anak-anak masa depan kita.


2. Tidak sesuai medianya dan kebutuhan anak
Kita lihat banyak beredar game yang tidak peduli kategori usia, yang penting laku keras. Padahal, permainan hostile itu untuk dewasa. Sama halnya dengan tontonan TV, meski pun itu film Popeye atau pun Mr Bean bahkan Tom and Jerry,  Sponge Bob,  Bart Simpson, film-film tersebut banyak  menayangkan plot, alur cerita, atau kejadian yang tidak cocok dikonsumsi anak-anak kecil yang dalam proses pembentukan nilai. Film-film itu sebenarnya miniatur orang dewasa, sehingga alhasil anak-anak benar-benar menjadi miniatur orang dewasa karena meniru tokoh kartun di TV yang dibuat ala pikiran (dan delinquency-nya) orang dewasa.


3. Tidak ada engagement atau keterlibatan
Kerap terjadi, anak-anak disuruh bermain dan diberi permainan agar tidak mengganggu atau merepotkan orang dewasa/orangtua. Ada orangtua yang enggan bermain dengan anak, karena sibuk, atau tidak nyambung dengan anaknya karena perbedaan dunia yang tak (mau) diselami.
Baby sitter atau mbak, tidak selalu jenis yang mau dan mampu menyelam ke dalam dunia anak, karena sebagian menganggap tugas utama adalah menjaga dan melayani dalam arti harafiah. Ketika permainan dilakukan tidak dengan hati, maka proses bermain menjadi lebih hambar. Dalam kehambaran itulah, tidak terbangun kepekaan dan empati yang sebenanarnya bisa diasah lewat bermain. Alhasil anak mudah bosan dan mudah frustrasi. Sebaliknya, dalam permainan yang engaging, akan ada diskusi dua arah yang membuka kemungkinan solusi. Bermain mobil-mobilan, polisi-polisian, pemadam kebakaran, masak-masakan, semua yang "biasa-biasa" bisa menjadi hidup dan menarik jika pemainnya terlibat secara emosi dan tentunya, fantasi. Tanpa keterlibatan jiwa raga, permainan mahal pun belum tentu mampu menghadirkan makna dan dampak yang dasyat pada anak.


Edward Fisher seorang psikolog menemukan keterkaitan antara bermain dengan perkembangan ketrampilan berbahasa. Ia menemukan bahwa bermain role play, meningkatkan kemampuan kognitif-linguistik dan sosial afektif anak. Itu sebabnya bermain dengan hati menjadi penting untuk menciptakan suasana bermain yang hidup dan menyenangkan.




Kendala Anak Untuk Bermain
Beberapa hal yang sering menjadi kendala anak dalam bermain, adalah kurangnya area bermain seperti tempat lapang dan rerumputan yang kini sangat langka terutama bagi anak-anak perkotaan. Sarana permainan yang bisa dinikmati dan dimanfaatkan publik pun hampir tidak tersedia, kecuali ke arena bermain di mall dan harus membayar. Selain persoalan di atas, ada kendala yang lebih krusial dan substansial karena kendala tersebut ada di hadapan mata dan terjadi hampir setiap hari tanpa disadari oleh para orangtua. Kendala yang bisa diistilahkan sebagai inhibitor, yakni :


1. Ketakutan orangtua
"Awas jatuh!", "Jangan, pokoknya nggak boleh naik-naik", "awas bisa tergelincir lho". Banyak ungkapan yang disuarakan orangtua ketika sedang bersama anaknya di tempat umum. Sikap orangtua yang overprotective, membuat anak kurang percaya diri dan tergantung. Kecemasan dan ketakutan orangtua terbaca oleh anak sebagai ekspresi ketidakpercayaan mereka terhadap kemampuan anak mengatasi situasi saat itu. Mekanismenya demikian, ketika orangtua tidak percaya pada anak, pada akhirnya anak meragukan dan mempertanyakan kemampuan mereka. Selanjutnya, anak akan membatasi diri sebelum mereka mengeksplorasi kemungkinan dan kesanggupan, before they reach their upper limit. Inilah yang menjadi sumber inferioritas dan rendahnya harga diri.
2. Nilai
Nilai yang dimiliki dan diyakini orangtua berpengaruh terhadap anak. Sebagai contoh ada seruan "anak  laki tidak boleh masa-masakan, nanti jadi  homo". Sementara konsep homo sendiri jauh dari jangkauan pikiran anak-anak yang masih innocence. "Anak perempuan kok manjat-manjat, ayo turun, kamu bukan anak laki". Sebagian orangtua menganggap mendidik anak harus keras dan anak harus dibatasi sebagaimana tradisi keluarga. Orangtua ini akan menghalangi proses eksplorasi anak terhadap dirinya dan dunia serta masa depannya.


3. Ego
"Jangan main di pantai, panas, nanti mama jadi hitam" atau "Nonton acara mama saja, lebih seru daripada nonton kartun" atau "Main sama Mbak sana, papa sedang sibuk nih, ini lebih penting soalnya!". Tanpa disadari, kebutuhan dan keinginan orangtua berlomba dengan kebutuhan anak, untuk direalisasikan.  Situasi ini sebenarnya mendudukkan orangtua menjadi kekanak-kanakan dan mendudukkan anak menjadi yang lebih tua karena akhirnya anaklah yang mengalah demi orangtua.




Apa yang akan terjadi ?
Jika dibiarkan, proses learning by doing and experiencing menjadi terhambat karena terkendala berbagai hal. Sementara, ada banyak tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh anak-anak kita dalam rangka pengembangkan berbagai komponen yang sangat krusial bagi proses pertumbuhan, kematangan dan keberhasilan hidup mereka di masa mendatang. Komponen tersebut adalah :
  • Kemampuan survival, yakni kemampuan untuk bertahan dan keluar sebagai pemenang dalam kehidupan, mampu mengendalikan kehidupan dan tidak membiarkan diri menjadi korban keadaan.
  • Kemampuan empati, kemampuan untuk memahami keadaan, perasaan, kesulitan, keterbatasan dan kemanusiaan orang lain, sebagaimana ia memahami dirinya sendiri
  • Kemampuan mengelola emosi, yakni kemampuan mengolah perasaan, hingga mempunyai kepekaan rasa dan ketajaman intuisi
  • Kemampuan beradaptasi, kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar maupun hal-hal baru
  • Kemampuan bertumbuh, kemampuan untuk terus mencari dan melakukan pertumbuhan, untuk keluar dari rasa nyaman (comfort) untuk menemukan sesuatu yang lebih baik.
  • Kemampuan recovery dan rekonstruksi, kemampuan bangkit dari kegagalan, belajar dari kegagalan maupun memperbaiki kesalahan
  • Kemampuan mencari yang hakiki, mencari keutamaan sejati, kemampuan untuk membedakan, apa yang terutama dan utama dalam hidup ini, apa yang menjadi impian dan panggilan hidupnya kelak.
  • Kemampuan membangun nilai infrastruktur, kemampuan untuk mengadopsi dan menginternalisasi nilai-nilai luhur yang menjadi fondasi dalam bersikap dan bertindak.


Solusi Bermain Dengan Asik
Sampai kapanpun, anak akan membutuhkan bermain, oleh karenanya, tantangan untuk menghadirkan permainan dan waktu bermain yang berkualitas adalah tantangan bagi orangtua modern. Solusi untuk bermain di jaman modern ini tidaklah terlalu sulit untuk dijalankan meskipun terkendala arena maupun sarana. Semua itu adalah nomer 2, yang terpenting adalah keterlibatan orangtua (dan pengasuh), hubungan yang terjalin antara orangtua dengan anak serta kreativitas orangtua atau pengasuhnya dengan anak yang diajak bermain. Pada dasarnya semua anak kreatif, namun orang dewasa kerap kehilangan kreativitas dan kehilangan minat serta daya fantasi untuk bermain mengikuti irama anak. Ada beberapa prasyarat untuk mengupayakan terjadinya permainan yang seru dan berkualitas :
  • Lepaskan keinginan "Jaga Image". Jaga image memperbesar jarak dengan anak sehingga tidak terjadi chemistry yang membuat suasana bermain menjadi hidup.
  • Lepaskan idealism dan judgment. Idealisme dan judgment membuat kita cenderung menilai segala sesuatu dan akhirnya kehilangan minat untuk bermain karena segala sesuatu diukur pakai kaca mata penilaian dan "apa kata orang lain"
  • Berusahalah.  Banyak permainan murah dan asik bisa dilakukan jika kita sebagai orang dewasa mau mengupayakannya terlebih dahulu. Misalnya, ingin bermain sambil melakukan percobaan sederhana di rumah, maka orangtua atau pendamping perlu menyiapkan bahan-bahannya, dengan dibantu oleh anak agar keterlibatan itu terbangun sejak awal. Tanpa usaha, maka permainan yang murah dan mendidik tidak akan terwujud.
  • Bergeraklah. Banyak permainan sederhana yang bisa terwujud jika kita mau bergerak. Persoalannya dewasa ini orang dewasa cenderung malas bergerak, namun lebih banyak menghabiskan waktu pada komputer, handphone maupun televisi atau smartphone lainnya.
  • Biasakanlah. Buatlah agar bermain dengan anak menjadi sebuah kebiasaan dan kebutuhan kedua belah pihak. Ikatan emosional akan terjalin dengan sendirinya ketika kita memberikan diri kita sepenuhnya sebagaimana anak-anak memberikan diri mereka sepenuhnya pada "that very moment". Ikatan itu lah yang akan membuat hubungan orangtua-anak menjadi hubungan yang terbuka dan saling menghargai, saling mengerti dan mendukung; orangtua dan anak adalah satu team. 
 
Beberapa  jenis permainan yang solutif
  • Membuat percobaan ilmiah yang sederhana, dengan bahan-bahan yang tersedia di rumah. Permainan percobaan ini tidak hanya menyenangkan tapi juga mendidik.
  • Bermain  instrument musik dengan perlengkapan dapur atau benda-benda yang aman lainnya. Membuat sendiri alat music juga menyenangkan dan bisa digunakan terus menerus.
  • Bermain bowling dengan botol bekas dan bola
  • Bermain basket dengan ember digantung dan bola yang ringan
  • Bermain bulu tangkis
  • Tebak kata maupun teka-teki
  • Bermain peran seperti pemadam kebakaran, piknik ke kebun binatang, polisi penjaga pantai, polisi lalu lintas, little chef, dsb
  • Bermain lego, catur, ular tangga dan monopoli serta permainan sejenis lainnya. Kita bisa membuat sendiri ular tangga atau monopoli  dengan tantangan yang lebih menarik.
  • Treasure hunting, dengan menggambar peta sendiri dan menyembunyikan beberapa harta karun di sudut-sudut rumah.. Permainan ini bisa dimainkan secara kelompok, cocok untuk liburan atau pesta.
  • Membuat kue, yang tidak membutuhkan api dan kompor, atau dibantu orang dewasa pada saat memanggangnya
  • Art and craft dengan bahan bekas, misal kotak tissue yang tak terpakai, daun kering, dsb
  • Bercocok tanam di polybag dan memelihara tanaman maupun binatang peliharaan
  • Bermain dengan kaca pembesar untuk melihat benda-benda lebih dekat
  • Bermain lompat tali atau permainan tradisional seperti congklak, bola bekel, dsb
  • Bermain outdoor seperti berenang, sepeda, sepatu roda, skate board, hingga latihan memanjat pohon (jika masih ada pohon yang bisa dipanjat).
Banyak permainan yang bisa dilakukan, namun semua membutuhkan usaha dan kemauan terutama dari pihak orangtua atau pengasuh. satu hal yang perlu diketahui pula, bahwa pada dasarnya jika orangtua ikut berpartisipasi dalam permainan anak-anak mereka, orangtua juga akan merasakan manfaat yang besar bagi tubuh dan jiwa mereka. Bermain bagi orang dewasa juga bermanfaat untuk merevitalisasi kembali energi, mengobati stress, menumbuhkan kreativitas, harapan dan impian, mengatasi rasa kesepian dan kesedihan, serta meningkatkan daya tahan menghadapi tekanan dan kehidupan. Masih banyak manfaat bermain lainnya bagi orang dewasa. Oleh karenanya, bagi siapapun yang masih mempunyai anak kecil di rumah, bermainlah bersama agar chemistry yang terjalin membangun energy positif bagi kedua pihak dan membangun karakter anak yang lebih percaya diri dan positif. 

dikutip dari http://www.e-psikologi.com/epsi/anak.asp

Minggu, 15 April 2012

SPEECH DELAY AND LANGUAGE DEVELOPMENT



   <Diterjemahkan dari sebuah artikel di Internet dengan judul yang sama>

Anak anda berusia 2 tahun dan belum bisa berbicara?. Hanya mampu menyebutkan beberapa kata, namun jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya, anda menganggap dia sangat tertinggal. Anda ingat bahwa kakaknya sudah bisa menyebutkan satu kalimat pada usia yang sama. Berharap anak anda dapat menyusul ketertinggalan tersebut, akhirnya anda menunda meminta saran dari terapis. Anda bergumam, ah biasa..ada anak yang cepat berbicara ada juga yang lamban. Tiap anak berbeda, tidak perlu khawatir..

Cerita di atas sering terjadi pada orang tua yang anaknya terlambat berbicara. Umumnya para orang tua malu untuk meminta saran pada pakar. Mereka memaklumi itu sebagai bagian dari proses perkembangan anak, atau juga karena perkembangan fisik dianggap jauh lebih penting daripada berbicara.

Memahami Perkembangan Bahasa dan Bicara secara Normal

Sangatlah penting untuk mendiskusikan perkembangan anak setiap kali kunjungan ke dokter. Mungkin sulit untuk menjelaskan apakah anak kita kurang matang, apa saja masalah perkembangan yang terjadi. Berikut ini beberapa norma perkembangan anak yang dapat memberikan petunjuk :

Sebelum 12 bulan

Pada usia ini, anak menggunakan suara untuk berhubungan dengan lingkungan sekelilingnya. Berceloteh atau meracau merupakan tingkatan dalam perkembangan berbicara. Saat usia bertambah (sekitar 9 bulan), bayi mulai menarik suara bersamaan, menghubungkan nada yang berbeda, dan berkata "mama" dan "dada" (meskipun tidak mengetahui artinya). Sebelum 12 bulan, bayi harus dilatih untuk mendengarkan berbagai suara. Bayi yang hanya memperhatikan namun tidak bereaksi terhadap suara kemungkingan menderita kelemahan pendengaran.

Usia 12 - 15 bulan

Pada usia ini bayi sudah memiliki keluasan ranah suara/bicara dan setidaknya mampu berkata satu atau lebih kata secara benar (tidak termasuk "mama" dan "dada"). Kata benda biasanya muncul duluan, seperti "bayi" and "bola." Bayi anda sudah bisa memahami dan mengikuti satu petunjuk/perintah (Contoh : "Tolong beri mama mainannya nak").

Usia 18 - 24 bulan

Anak sudah memiliki kosa kata sebanyak 20 kata pada usia 18 bulan dan 50 atau lebih kata terpisah pada saat menginjak usia 2 tahun. Di usia 2 tahun, anak belajar menyambung 2 kata, seperti "Dede’ nangis" atau "Papa besar." . Pada usia ini anak juga sudah mampu mengikuti dua petunjuk/perintah ( seperti "Tolong ambil mainannya dan beri mama gelasmu“)


Usia 2 - 3 tahun

Pada usia ini terjadi “ledakan” pada kemampuan bicara anak. Kosa kata anak bertambah tak terhitung jumlahnya dan anak sudah mampu menggabungkan 3 atau lebih kata ke dalam kalimat. Istilah yang dipahami anak juga bertambah – pada usia 3 tahun, sudah mulai mengerti apa artinya "simpan itu di atas meja" atau "simpan di dalam lemari". Anak juga
sudah mulai mengenal warna dan membandingkan konsep (seperti besar-kecil, tinggi-rendah).

Apa bedanya berbicara dengan bahasa?

Berbicara dan bahasa mungkin membingungkan, namun berikut ini pembedanya :

* Berbicara (speech) merupakan ekspresi verbal dari bahasa dan meliputi artikulasi, dimana sebuah kata terbentuk.
* Bahasa (Language ) lebih luas lagi dan mengacu pada keseluruhan system dari ekspresi dan menerima informasi yang memiliki arti. Bahasa dimengerti dan dipahami melalui komunikasi –verbal, nonverbal, dan tulisan.

Meskipun masalah bicara dan bahasa berbeda, keduanya seringkali overlap. Seorang anak yang memiliki masalah bahasa mungkin mampu mengucapkan kata namun tidak mampu menghubungkan lebih dari dua kata secara bersamaan. Kebalikkannya, cara berbicara anak lainnya mungkin sulit dipahami, namun dia mampu menggunakan kata atau istilah untuk mengungkapkan gagasan. Anak lainnya lagi dapat berbicara dengan baik namun sulit untuk mengikuti petunjuk/perintah.

Apa saja tanda-tanda yang patut diwaspadai?

Bayi yang tidak merespon suara atau tidak mampu membuat suara, patut diwaspadai dan diberi perhatian. Usia antara 12 - 24 bulan, perlu diperhatikan /diwaspadai bila anak :

* Tidak menggunakan gerak/bahasa tubuh, seperti menunjuk sesuatu atau melambaikan tangan pada usia 12 bulan
* Lebih banyak menggunakan bahasa tubuh daripada suara pada usia 18 bulan
* Memiliki masalah dalam meniru suara pada usia 18 bulan

Untuk anak usia di atas 2 tahun, anda harus mengevaluasi bila anak terlihat:

* Hanya meniru bicara atau perilaku dan tidak menghasilkan kata atau kalimat secara spontan
* Mengeluarkan suara atau kata secara berulang-ulang dan tidak dapat menggunakan bahasa untuk berkomunikasi lebih dari kebutuhannya
* Tidak dapat mengikuti petujuk/perintah sederhana
* Memiliki nada suara yang tidak biasa (seperti raspy atau nasal sounding)
* Sangat sulit dipahami dari apa yang diharapkan mampu dia lakukan di usianya. Orang tua harus memahami setengah dari kemampuan bahasa anak usia 2 tahun dan tiga per empat dari kemampuan bicara anak usia 3 tahun. Pada usia 4 tahun, anak harus sudah dapat dipahami, bahkan oleh orang yang tidak dikenali mereka.


Apa penyebab keterlambatan bicara dan bahasa?

Ada banyak alasan terjadinya keterlambatan perkembangan bahasa dan bicara anak. Terkadang disebabkan oleh gangguan oral, seperti masalah pada lidah atau langit-langit mulut. Lidah yang pendek/kelu hampir dipastikan bukan penyebab delayed speech.
            Beberapa anak yang mengalami keterlambatan bicara karena memiliki masalah dengan gerak oral, ada ketidak efisienan dalam komunikasi di daerah otak yang bertanggung jawab pada produksi bicara. Anak mengalami kesulitan dalam menggunakan bibir, lidah, dan rahang untuk menghasilkan suara. Bicara mungkin satu-satunya yang menyertai masalah gerak oral lainnya, seperti kesulitan makan. Keterlambatan bicara dapat juga mengindikasikan keterlambatan perkembangan anak secara global.

Problem pendengaran juga dikaitkan dengan keterlambatan bicara, oleh karenanya pendengaran anak sebaiknya diuji oleh ahli pendengaran (audiologist) seperti halnya perhatian terhadap kemampuan bicara. Jika anak memiliki masalah dengan pendengaran, mereka juga akan memiliki masalah dengan pemahaman, peniruan, dan penggunaan bahasa.

Infeksi telinga, terutama dalam keadaan kronis, dapat mempengaruhi kemampuan mendengar.Infeksi ringan yang sudah dirawat pun seharusnya tidak mempengaruhi kemampuan bicara. Namun sangatlah penting untuk membuat catatan saran bahwa pada situasi tertentu bergantung pada usia anak, infeksi telinga dapat diamati tanpa dirawat karena seringkali dapat sembuh dengan sendirinya.

Apa yang akan dilakukan oleh Speech-Language Pathologist?

Dalam melakukan evaluasi seorang pathologist akan melihat kemampuan bicara dan bahasa anak dalam bagian perkembangan secara keseluruhan. Selama observasi tersebut pathologist akan menggunakan uji dan skala standar, sesuai dengan pengetahuannya akan tahapan perkembangan bicara dan bahasa. Patologist juga akan menilai:

* Apa yang anak pahami (bahasa receptive/yang diterima)
* Apa yang anak dapat ucapkan (bahasa ekspresif)
* Apabila anak berusaha berbicara dengan cara lain, seperti menunjuk, menggelengkan kepala, gerak tubuh, dll.
* Status oral-motor anak (bagaimana kondisi mulut, lidah, langit-langit, dll.semuanya bekerja untuk berbicara, sebagaimana makan dan menelan)

Apabila anak memerlukan terapi bicara, maka keterlibatan orangtua sangatlah penting. Anda dapat mengamati sesi terapi dan belajar untuk terlibat dalam prosesnya. Terapis akan memperlihatkan apa yang harus anda lakukan di rumah untuk memperbaiki kemampuan bicara dan bahasa anak.

Apa yang dapat dilakukan oleh orang tua?

Seperti halnya yang lain, perkembangan bicara merupakan perpaduan antara nature (alami) dan nurture (hasil bimbingan dan didikan). Genetik sang anak juga dapat memisahkan antara kecerdasan dengan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa anak. Bagaimanapun, sebagian besar malahan ini disebabkan oleh lingkungan di sekeliling anak. Apakah anak banyak diberi stimulus di rumah atau di sekolah ? Apakah ada kesempatan untuk berkomunikasi dalam keluarga? Timbal balik seperti apa yang didapatkan oleh anak?

Ketika masalah perkembangan, bahasa, bicara dan pendengaran terjadi, keterlibatan awal dapat membantu anak. Jika anda memahami mengapa anak anda tidak dapat berbicara, maka anda dapat mempelajari berbagai cara untuk mendorong perkembangan bicara anak. Berikut ini beberapa cara yang dapat anda kerjakan di rumah :

* Sediakan banyak waktu untuk berbicara dengan anak, bahkan ketika masih bayi – bicara, bernyanyi dan mendorong anak untuk menirukan suara dan gerak.

* Mendongeng – dimulai pada saat anak berusia 6 bulan. Anda tidak perlu menyelesaikan satu buku, tapi dapat menggunakan buku kecil yang bergambar agar anak dapat melihat gambar tersebut, sementara anda menyebutkan nama gambar itu. Cobalah buku bertekstur agar anak dapat menyentuhnya. Ketika anak bertambah usia, biarkan ia menunjuk benda/gambar apapun yang dilihatnya dan memberi nama apapun.Perlahan bimbinglah ia sesuai dengan pola asuh usianya secara bertahap.Lalu kembangkan dengan buku cerita seperti Brown Bear, Winnie the Pooh, dan sejenisnya dimana anak anda dapat menebak jalan cerita tersebut. Anak akan mulai mengingat cerita favoritnya.

* Gunakan situasi sehari-hari untuk menguatkan kemampuan berbicara dan berbahasa anak anda. Dengan kata lain, bicarakan kegiatan sehari-hari anda atau hal-hal di sekelilingnya. Misalnya nama makanan di sebuah toko, menjelaskan apa yang anda lakukan ketika memasak dan membersihkan rumah, menunjuk dan memberi nama objek di dalam rumah, ketika berjalan bersama anak beritau nama suara yang didengar, dsbnya. Berikan pertanyaan dan rangsang anak anda untuk memberi respon (meskipun anak sulit untuk memahami). Buatlah sesederhana mungkin, namun hindari penggunaan cara bicara seperti bayi atau "baby talk."

Berapapun usia anak anda, mengenali dan memberikan penanganan yang segera bagi permasalahannya merupakan pendekatan terbaik untuk membantunya agar tidak terlambat dalam kemampuan berbicara dan berbahasa. Melalui terapi dan waktu yang tepat, anak anda akan mampu berkomunikasi baik dengan anda maupun juga dunia. (*)

GUGUS PAUD TERPADU

Assalamualaikum Ayah-Bunda...

Menindaklanjuti edaran dari Dinas Pendidikan Kota Semarang agar setiap kecamatan membentuk Gugus PAUD Terpadu, maka pada hari Kamis, tanggal 5 April 2012, UPTD Kecamatan Gayamsari telah mengumpulkan guru-guru PAUD se-Kecamatan Gayamsari untuk mensosialisasikan tentang Gugus PAUD Terpadu sekaligus pembentukan PKG PAUD Kec. Gayamsari.

Secara lengkap hasil pembentukan kepengurusan Gugus PAUD Kec. Gayamsari adalah :
Ketua             : Bunda Sri Muyati, S.Pd. ( TK PGRI )
Sekretaris I    : Bunda Lestari ( KB Islam Permata Bangsa )
Sekretaris II   : Bunda Nurul Hidayah ( KB Nurus Shobah )
Bendahara I   : Bunda  ( TK PGRI 66 )
Bendahara II  : Bunda Nurbaini ( PP Bina Siwi )

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang apa itu Gugus PAUD Terpadu, kita ikuti bahasan berikut ini yuk....

GUGUS PAUD TERPADU

Reformasi birokrasi di Kemendiknas institusi PAUD Formal dan non Formal bersatu didalam Direktorat Pembinaan PAUD,  maka program TK, KB, TPA, SPS perlu diselaraskan.
Pembentukan gugus Paud  diharapkan dapat memperlancar upaya peningkatan kemampuan profesional para guru Paud dalam meningkatkan mutu   proses dan hasil belajar anak didik  dengan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh guru Paud Terpadu, tenaga kependidikan dan masyarakat sekitarnya.
Taman Kanak-Kanak yang tergabung dalam gugus TK telah mempunyai tempat bekerja bersama dalam satu wadah sebagai bengkel kerja.. Bagi pendidik KB, TPA, SPS dapat bersama-sama bergabung pada gugus TK untuk meningkatkan kompetensi. 

DASAR PEMBENTUKAN GUGUS
1.      Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
2.      * UU Nomor 14 / 2009 tentang Pendidik dan Dosen
3.      * PP Nomor 17 / 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan 
4.      * Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 58 Tahun 2009 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini

TUJUAN UMUM
         Bertujuan meningkatkan kinerja pembina pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan dalam mengelola programa PAUD secara profesional yang efisien dan efektif.
         Untuk Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama, kompetitif di kalangan gugus PAUD Terpadu dalam rangka maju bersama mewujudkan gugus PAUD Terpadu yang efisien dan efektif

TUJUAN KHUSUS
Menjadikan wahana pembinaan pendidik dan tenaga kependidikan PAUD dalam hal :
a.       Pengembangan dan inovasi pembelajaran PAUD
b.      Peningkatan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan mutu layanan pendidikan bagi anak usia dini sesuai dengan tahap perkembangannya
c.       Optimalisasi sumber belajar, sarana prasarana dan potensi lingkungan untuk peningkatan pengembangan dan eksistensi anggota gugus PAUD
d.      Peningkatan komunikasi yang efisien dan efektif antar anggota komunitas gugus PAUD,orang tua dan masyarakat.
e.       Fasilitasi terhadap akses fasilitas umber-sumber pembelajaran dari lingkungan dan pemerintah.

Fungsi Lembaga Gugus PAUD Terpadu
a.       Menjadi wadah pembinaan profesional dalam meningkatkan Kompetensi bagi pendidik PAUD yang terencana dan sistematis
b.      Sarana untuk saling bertukar informasi dan saling membelajarkan antar anggota
dan lingkungan masyarakat
c.       Sebagai bengkel kerja dalam penyediaan kreasi dan inovasi.
d.      Sarana pembinaan Kelembagaan PAUD secara efektif dan efisien
e.       Menanggulangi keterbatasan fasilitas yang ada di Lembaga PAUD melalui pengaturan Sirkulasi fasilitas bersama
f.       Menjadi bengkel pembuatan alat peraga, bahan pembelajaran lainnya
g.      Meningkatkan peran serta dan kepedulian orang tua, masyarakat untuk membantu
Penyelenggaraan pendidikan PAUD
h.      Menyemaikan jiwa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa percaya diri
dalam menyelesaikan tugas bagi guru dan Pengelola PAUD
Syarat Pembentukan Gugus PAUD Terpadu
         Pembentukan Gugus PAUD didasarkan kedekatan wilayah dalam lingkup kerja Dinas Pendidikan tingkat Kecamatan.
          Difasilitasi oleh Penilik/Pengawas PAUD dan dikukuhkan dengan SK pembentukan gugus yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kec/Kab/Kot
         Jarak PAUD dalam satu gugus relatif saling berdekatan sehingga memudahkan dalam berkoordinasi dan berkomunikasi
         Satu gugus PAUD terdiri dari 3-8 Lembaga PAUD, baik yang menyelenggarakan program TK, KB, TPA maupun SPS yang berada dalam wilayah Kecamatan yang sama.
         Setiap gugus memiliki 1 PAUD Inti yang lainnya sebagai PAUD imbas
         PAUD Inti dipilih dari PAUD yang memiliki kelebihan di antara PAUD yang ada dalam gugus PAUD Terpadu.
SYARAT PAUD INTI

1.  Letaknya mudah dijangkau oleh    Pendidik/Kepala/Pengelola PAUD imbas
2.  Lokasi lingkungan memungkinkan untuk dikembangkan sebagai tempat berbagai kegiatan
3. Kualifikasi pendidik dan tenaga   kependidikan yang memenuhi ketentuan yang ditetapkan Standar PAUD.
4. Kondisi lingkungan sosial masyarakat sekitar mendukung terhadap pembaharuan  Pendidikan
5.  Memiliki inovasi dalam bidang tertentu dan terbuka terhadap perkembangan keilmuan PAUD
6.Memiliki fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
7.  Memiliki manajemen PAUD yang baik

VISI GUGUS PAUD TERPADU
Visi
Dapat menjadi aspirasi gugus PAUD sebagai arah dan dasar perencanaan untuk mencapai tujuan

JOB DESCRIPTION KEPENGURUSAN GUGUS PAUD TERPADU
1.      Pembina Administrasi  ( Kepala UPTD )
·         Sebagai Tim Koordinasi pembinaan dan peningkatan mutu pembelajaran dan pembina pendidik PAUD di wilayahnya
·         Memberikan dukungan kebijaksanaan dan administrasi  serta memberikan motivasi terhadap pelaksanaan program pada semua Gugus PAUD di Wilayahnya
·         Memantau Kegiatan Gugus

2.      Pembina Teknis ( Pengawas &/Penilik )
Berperan merumuskan kebijaksanaan teknis serta pokok-pokok program peningkatan mutu pendidikan di PAUD sesuai dengan Standar PAUD
3.      Ketua Gugus ( Kepala / Pengelola PAUD )
·         Menggerakkan pertemuan berkala antara PAUD Inti dan Imbas
·         Menyusun dan menjabarkan Program Peningkatan mutu PAUD
4.      Sekretaris ( Dipilih dari salah seorang pendidik PAUD )
·         Membantu menyiapkan program kerja gugus
·         Menyusun Jadwal
·         Menghimpun Permasalahan untuk dijadikan topik pembahasan dalam gugus
·         Mendokumentasikan dan menyebarluaskan hasil pertemuan gugus
·         Menyusun Laporan
5.      Bendahara ( Dipilih dari salah seorang pendidik PAUD )
Menghimpun dana, mengelola, membukukan dan mempertanggungjawabkan keuangan Gugus
6.      Anggota
Terdiri dari semua pendidik dan kepala/pengelola PAUD dari PAUD Inti dan PAUD Imbas
7.      Komite PAUD
·         Memberikan bantuan dan dukungan  penyelenggaraan pendidikan
·         Meningkatkan peran serta  orang tua anak didik dalam penggalian sumber dana
·         Membantu mendatangkan Narasumber luar untuk peningkatan mutupendidikan di gugus PAUD

Mekanisme Kerja Gugus PAUD Terpadu Melibatkan :
·         PAUD Inti
·         PAUD Imbas
·         Pusat Kegiatan Guru( PKG PAUD )
PKG PAUD Terdiri dari :
·         Kelompok Kerja Guru (KKG)
·         Kelompok Kerja Kepala/Pengelola PAUD (KKKP PAUD)
·         Pembina Administratif Dan teknis
·         Waktu Pertemuan ( Minimal 1 bulan 1 kali)

Program Kerja Gugus PAUD Terpadu

1.      Program Pengelolaan Manajemen Gugus PAUD
2.      Program Peningkatan Mutu Pendidikan Gugus PAUD
3.      Program pengembangan Gugus PAUD
4.      Program evaluasi gugus PAUD

Pelaksanaan Program Gugus PAUD Terpadu
1.      Pelaksanaan program gugus dilakukan pertemuan rutin (1 bulan 1x)
2.      Waktu pertemuan diupayakan diluar waktu layanan PAUD
3.      Tempat kegiatan dapat disepakati bersama
4.      Dapat mendatangkan nara sumber
5.      Pelaksanaan program gugus dilakukan pertemuan rutin (1 bulan 1x)
6.      Waktu pertemuan diupayakan diluar waktu layanan PAUD
7.      Tempat kegiatan dapat disepakati bersama
8.      Dapat mendatangkan nara sumber
9.      Program peningkatan mutu pendidikan PAUD Terpadu dilakukan secara berkala minimal 1 bulan 1 kali dalam pertemuan KKG dan KK PAUD/Pengelola.
Model-model yang dapat Dikembangkan untuk program Peningkatan mutu Pendidikan PAUD
v  Memanfaatkan narasumber dari dalam dan mendatangkan narasumber dari luar
v  Kunjungan ke gugus PAUD  lain
v  Sharing sesama anggota gugus PAUD Terpadu
v  Mengirim pengurus/ anggota untuk mengikuti pelatihan/seminar/workshop
v  Mengadakan seminar/Workshop bersama gugus PAUD Terpadu lain
v  Mengadakan lomba antar Gugus, kecamatan, Kab/Kota, Provinsi dan Tingkat Nasional
v  Mendata kemampuan dan keterampilan anggota gugus PAUD Terpadu lainnya.

   Pelaksanaan Program Kerja sama dapat diawali dengan koordinasi antar instansi/lembaga terkait tingkat Kecamatan,( Puskesmas, Kepolisian, GOPTKI, IGTKI-PGRI, HIMPAUDI, Tokoh Masyarakat, dll)
Evaluasi dapat dilakukan secara rutin dan insidental



EVALUASI PROGRAM KERJA TAHUN PELAJARAN……..
GUGUS……..
Alamat Gugus            :………………………………
Unit Kerja                  :………………………………

NO
Program
Tujuan
Program
Tempat/waktu
Pelaksanaan
Hasil pelaksanaan
Program
Kendala Pelaksanaan
Program
Solusi Kendala
Pelaksanaan
Program















                                                                                                ……………,………..2011
Ketua Gugus                                                                          Sekretaris
……………..                                                                          …………..

Penyusunan  Laporan
Isi laporan tengah tahunan dan tahunan terdiri dari :
1)      Pendahuluan
2)      Pengelolaan gugus PAUD Terpadu
3)      Peningkatan mutu gugus PAUD Terpadu
4)      Pembiayaan Program Gugus PAUD Terpadu
5)      Kendala program gugus PAUD Terpadu
6)      Alternatif Solusi
7)      Penutup
8)      Lampiran (hasil karya, foto, daftar hadir, notulen hasil kegiatan, kritik, saran)


RAPBG PAUD TERPADU
Pembiayaan Program Gugus PAUD Terpadu
1.      Iuran dari PAUD Inti dan PAUD Imbas
2.      Dana dari Komite PAUD
3.      Dana hasil usaha kegiatan gugus PAUD
4.      Dana dari Pemerintah/Lembaga/Instansi dan Masyarakat
5.      Iuran anggota

Peran serta masyarakat diwujudkan dalam bentuk kerja sama antara PAUD, masyarakat dan Pemerintah yang dibangun berdasarkan kebutuhan riil.

PUSAT KERJA GUGUS PAUD KECAMATAN
PENGERTIAN
PKG Gugus PAUD Kecamatan sebagai wadah koordinasi antar gugus yang melaksanakan kegiatan pembinaan bagi anggotanya.

FUNGSI
1.      Koordinator antar gugus
2.      Wadah pembinaan seluruh anggota gugus
3.      Bengkel kerja peningkatan mutu layanan PAUD
4.      Pusat informasi terkait dengan perubahan kebijakan pengetahuan terkini dan hal-hal yang terkait dengan kegiatan PAUD

Tugas dan fungsi
setiap unsur dalam struktur organisasi PKG PAUD Kec.

1.      Pembinaan administrasi
2.      Pembina teknis
3.      Ketua
4.      Sekretaris
5.      Bendahara
6.      Kelompok Kerja TK/KB/TPA/SPS
7.      Kelompok Kerja Kepala/Pengelola
8.      Anggota
9.      Komite PAUD


Program Kerja
Pengurus PKG berkewajiban menyusun program bulanan, tengah tahunan dan tahun PKG dibantu oleh Pengawas/Penilik PAUD dan diajukan kepada Pembina Administrasi.


Pelaksanaan Program Kerja PKG

·         Koordinasi antar instansi/lembaga terkait tingkat Kecamatan seperti Puskesmas, Kepolisian, GOPTKI, IGTKI, Himpaudi, Tokoh-Tokoh Masyarakat dan pihak terkait.
·         Tujuannya meningkatkan partisipasi masyarakat agar lebih peduli terhadap mutu pendidikan mutu pendidikan PAUD
Untuk memajukan pendidikan PAUD Terpadu tim kerja Gugus harus dapat dibangun melalui:
1.      Pertemuan yang bermanfaat
2.      Pengambilan keputusan yang bijaksana
3.      Komunikasi yang efektif
4.      Peraturan yang jelas
5.      Pendelegasian tugas yang tepat

Peningkatan Mutu PKG PAUD
Bentuk-bentuk kegiatan
1.      Mengadakan pertemuan secara rutin
2.      Memanfaatkan nara sumber
3.      Melakukan kunjungan kerja ke PKG lain
4.      Mengadakan lomba antar gugus
5.      Mengadakan lomba kreatifitas guru
6.      Jambore keakraban gugus
7.      Festival kreatifitas anak

         Pelaksanaan Evaluasi
          Penyusunan Laporan
          Pembiayaan Program PKG PAUD
          Pemerintah
          Partisipasi Gugus PAUD
          Hasil usaha kegiatan PKG PAUD
          Dana dari kegiatan-kegiatan lomba, seminar, workshop
          Dana Lembaga/Instansi/Masyarakat

Peran Serta Masyarakat :
Penyelenggaraan Gugus PAUD memerlukan dukungan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk 

Pola Pembinaan Gugus PAUD
Pembinaan Gugus PAUD dilaksanakan melalui prinsip pembinaan, pemberdayaan dan kemitraan dalam mencapai tujuan bersama dan perlu ditunjuang dengan  struktur pembinaan yang mencerminkan pola hubungan kerja antara unsur-unsur terkait.
a.       Tingkat pusat
b.      Tingkat Propinsi
c.       Tingkat Kabupaten Kota
d.      Tingkat Kecamatan