Merupakan kebahagiaan yang luar biasa dirasakan anak-anak kita, ketika mendapatkan perhatian dari orang-orang terdekat mereka. Termasuk kita sebagai ayah,bunda ataupun guru mereka.
Bermain bersama adalah salah satu bentuk perhatian yang mudah dilakukan, namun kadang kita tidak dapat (mau/sempat) melakukannya. Dengan alasan pekerjaan yang bertumpuk dan kesibukan yang padat menyebabkan kita kurang memperhatikan hal ini.
Ketika anak menunjukkan mainan yang baru dibuatnya, biasanya akan terlontar kalimat, "Sudah sana...Ayah/Ibu sedang repot", sambil mengibaskan tangan. Ungkapan itu bagi kita seakan bermain bagi anak tidak ada manfaatnya, membuang waktu sia-sia dan melakukan kegiatan percuma. Namun, benarkah anggapan tersebut?
Barangkali ada baiknya bila kita renungkan kembali kemampuan-kemampuan yang saat ini kita kuasai. Bukankah berbagai kompetensi yang saat ini kita kuasai adalah buah dari proses panjang, tahap demi tahap, yang kita mulai semenjak kecil? Salah satu proses yang pernah kita lalui adalah bermain.
Sebagai orang tua tentu kita menginginkan anak-anak berkembang secara spiritualnya, emosi, intelegensi, serta fisiknya. Salah satu stimulasi yang dapat mendorong adalah dengan bermain. Oleh karena itu seyogyanya kita memberikan kesempatan bermain, menjadi teman bermain dan menjadi motivator bagi mereka.
Dengan bermain bersama antara orang tua dan anak akan tercipta hubungan yang sangat erat. Hubungan yang erat ini akan melahirkan anak-anak yang berani bereksplorasi dalam mewujudkan ide dan gagasannya, mudah bergaul dengan teman-temannya dan selalu optimis serta gembira.
ANAK BELAJAR DENGAN CARA BERMAIN
Kadang
kita berkata kepada anak-anak kita " Ayo belajar, jangan bermain terus "
atau dengan kalimat-kalimat lain yang maksudnya sama. Ungkapan yang
berkonotasi mengkontradisikan antara bermain dan belajar ini semestinya
kurang tepat, meskipun ada pula permainan yang tidak mendidik, bahkan
mengancam perkembangan jiwa dan fisik anak-anak kita. Contohnya adalah
menonton tayangan kekerasan atau horor, adu jengkerik, bermain petasan
dan lain sebagainya.
Memang secara
akademis, pengertian bermain dan belajar adalah dua hal yang berbeda. Kemampuan
akademis/kognitif seperti membaca, menulis dan berhitung biasa diberikan di
bangku sekolah, sedangkan ketrampilan kerjasama, berimajinasi, bersosialisasi
banyak didapatkan melalui aktivitas bermain. Tetapi bukan tidak mungkin kedua
hal ini digabungkan, karena sekarang bisa kita temui kegiatan membaca, menulis
dan berhitung yang dikemas dalam kegiatan bermain yang menyenangkan, sehingga
tidak membosankan. Dengan demikian, belajar dan bermain bagi anak-anak nyaris
tidak ada bedanya, karena memang lewat bermainlah anak-anak usia dini belajar
tentang kehidupan.
Bagi anak-anak,
bermain bukan sekedar hiburan (
entertainment ) namun lebih dari itu, yaitu berlatih menguasai dasar-dasar
kecakapan hidup ( life skills ) yang
akan berguna bagi perkembangan jiwa dan raga mereka. Ayah-Bunda, jika kita
cabut anak-anak kita dari dunia bermainnya terlalu dini, maka kelak akan kita
dapati adalah orang-orang dewasa yang
kekanak-kanakan.
PRINSIP
BERMAIN
a.
Mendidik/
Bermanfaat
Bermain akan
bernilai positif jika mengandung nilai pendidikan. Seperti mengembangkan
kemampuan motorik ( halus dan kasar ), melatih verbal, latihan sosialisasi,
mengembangkan emosi, melatih kecerdasan, terapi psikis, mengembangkan
kreativitas, melatih matematika, dll.
b.
Menarik
Cara mengajak
bermain anak-anak haruslah kita sampaikan dengan bahasa, intonasi dan mimik
muka yang ekspresif dan menanpakkan kegembiraan. Bentuk mainan yang lucu dan
unik juga cara bermain yang jenaka akan menjadi daya tarik anak. Karena itu
bermain harus bervariasi ( tidak monoton ) agar menambah pengalaman baru
mereka. Semakin kaya anak-anak dengan pengalaman main maka akan semakin baik
perkembangan mereka.
c.
Relevan
Dalam tingkat
perkembangan usianya, anak-anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Memilih
permainan yang tepat dengan usia anak-anak akan berdampak positif bagi
perkembangan anak-anak.
d.
Sederhana
Bermain tidak
harus dengan sarana yang mahal dan cara bermain yang rumit. Dengan memanfaatkan
bahan-bahan di sekitar rumah, kita dapat mengajak anak-anak untuk bermain.
Begitu banyak bahan-bahan untuk bermain di sekitar kita yang dapat dimanfaatkan
untuk sarana bermain, seperti biji-bijian yang diisikan ke dalam botol plastik
untuk bermain alat perkusi dengan si 3 tahun, bermain matematika dengan si 4
tahun dengan memanfaatkan kancing atau biji atau kerikil, dsb.
e.
Aman
Menonton
kekerasan di televisi, baik sengaja atau tidak sengaja akan berdampak negatif
bagi perkembangan psikis dan perilaku anak-anak kita. Bermain layang-layang di
jalan, bermain pisau tajam, bermain
petasan, botol kaca atau bahan kimia berbahaya tanpa pengawasan juga
perlu dihindari. Tentu dengan sikap yang arif, mereka dapat dialihkan pada
permainan yang aman, baik bagi jiwa maupun fisiknya.
Piaget, seorang
psikolog perkembangan mengatakan bahwa bermain bukan saja mencerminkan
perkembangan kognisi anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap
perkembangan kognisi itu sendiri. Anak-anak yang bermain sesungguhnya mereka
sedang membangun dunianya. Sebagai orang tua semestinya kita patut bersyukur
dan bangga atas kreatifitas mereka.
Perhatian,
dukungan, perhatian dan pengakuan kita sebagai orang tua akan turut membangun
kepercayaan diri dan mengembangkan kemampuan mereka. Sehingga hal ini akan
menjadi modal penting untuk menapaki hari-hari mereka berikutnya.
Nah, ayah-bunda
selamat bermain bersama anak-anak kita, semoga kedekatan emosi antara kita
dengan anak-anak kita akan semakin terjaga….
Hidup Anak Usia Dini Indonesia…………
Bunda Lestari
Disarikan dari Rubiyar : “Aktivitas dan Permainan untuk Anak “

Tidak ada komentar:
Posting Komentar